Iran dan Perjuangan Palestina

Hasanudin Abdurakhman Setelah Revolusi Islam tahun 1979, Republik Islam Iran menjadikan dukungan terhadap perjuangan Palestina sebagai bagian fundamental dari orientasi ideologis dan politik luar neg…
Iran dan Perjuangan Palestina

Hujan dan Musim di Dada

pexels.com
Hidup adalah bulir-bulir air yang jatuh pelan-pelan ke bumi. Sebagian tanah dibuat gembur dan sebagian lainnya mengalirkan banjir.

Sedang manusia, kadang menyimpan musim yang lain di balik angan-angan dan keinginan.

Lalu, kita hendak merukunkan air langit dan airmata. Dan kita bukannya gagal. Seperti dalam cerita-cerita Dorothea Rosa Herliani, kegagalan justru jalan yang memuluskan makna jasa. Kita pun mengenal pahlawan.

Hujan didahului mendung, tapi airmata manusia justru datang pada saat ia hendak membendungnya. Musim cepat berganti, dan manusia tetap tak beranjak dari gelapnya nasib dan mimpi-mimpi. Setidaknya bagi dirinya, atau bagi ambisi-ambisinya. Namun hidup tetap bergulir. 

Tapi, sejak manusia pertama, selain dendam-dendam, manusia membicarakan transaksi.

Hidup diolah sedemikian rupa di mana manusia turut merancang berhasil-gagal, sedih-bahagia. Sepertinya, sedari awal kita memang sudah menyimpan memori penebusan. Hasil akhir adalah sesuatu yang ditebus dengan jerih payah dan kerja keras.

Lalu, kita suuzon. Zuuzon karena rupa-rupanya hasil akhir mengkhianati usaha.

Beruntunglah kita mendiami bumi yang tak cepat gusar. Bumi tak segera memuntahkan kemarahan-kemarahan akibat laku manusia.

Manusia, dengan berbagai perangai buruknya, dibiarkan menari-nari dan menertawai kampung halamannya sendiri yang paling azali dari tubuh rentanya.

Tubuh berikut isi pikiran, potensi hati, dan gejolak jiwa memang tak bisa terlepas dari unsur-unsur bumi: pikiran ditumbuhi ambisi, hati dilinangi keangkuhan, dan jiwa diakari keragu-raguan.

Tapi, manusia dari jenis manapun tak menginginkan gagal panen. Teknologi dikebut. Ilmu dipacu. Namun ambisi, keangkuhan, dan ketamakan menghancurkannya.

Adakah yang tak rapuh dari manusia?

Bulir-bulir hujan yang jatuh di halaman ditawarkan oleh airmata-airmata kesedihan yang berguguran sepanjang musim. Kemarau ataupun penghujan, bagi kita, adalah alamat musim bagi bumi. Yang layak disesali adalah perbuatan kita sendiri.

Post a Comment