Hari ini lokasi ngopinya jauh, di pelosok kota. Bukan apa. Saya mengantar nyonya yang lagi ada urusan, urusan yang berurusan dengan urusan sekolahnya, tentu sahaja.
Sekira jam satu siang sampai di lokasi acara, saya langsung balik kanan browsing bersemayamnya warkop terdekat. Kerana sejauh mata memandang hanya sawah yang terhampar, saya menduga bahwa lokasi ini jauh dari perabadan kopi. Lalu, akal digital tiba-tiba berbisik: nyalakan itu gugel mep, tekan menu kafe terdekat.
Maha betullah gugel. Dari sana saya langsung menemukan kafe-kafe terdekat, lengkap dengan jam buka dan menu-menunya. Sekalipun agak jauh, saya tetap taat. Masa iya saya mau diskusi dulu? Ah, ada-ada saja.
Tak perlu pikir panjang. Saya pun langsung cus. Tentu atas bimbingan gugel mep yang saya tempel di atas speedo meter motor.
Saya menurut saja hingga warkop yang dijanjikan. Begitu tiba di lokasi, gugel mep ngasi pemberitahuan.
“You are on the location”.
“Iyes, Om. Matur sakalangkung”.
Entah gugel dengar apa tidak, ngerti apa tidak, saya cuek sahaja. Yang penting, saya sudah berterima kasih. Begitulah adat ketimuran, eh.
“Tapi, gel, gugel, mana ini kafenya?” Ah, sialan. Saya dibimbing ke rumah kosong.
“Awas, ya, nanti ente saya kadalin juga!”
Saya patut mangkel sama si gugel. Sebab, lokasi awal ke rumah kosong hampir 3 kilo. Itu belum lagi bila ditambah dengan medan yang berat, plus gang sempit. Sempurna sudah.
Tapi saya tak pupus harapan. Saya pun segera pake cara lama: menyusuri jalan, tengok kiri-kanan. Tak butuh waktu lama untuk menemukan kafe yang asri atawa bebas berseri-seri. Ada wifi, ada makanan ringan, dan ada musik koplo menghentak dari tipi di atas kasir. Sempurnah😆
(Kerana saya mangkel sama gugel, poto yang saya pasang bukan poto kafe, atawa poto dengan unsur kafe. Impas sudah😆)
Post a Comment