Pemilu itu Ada Konsekuesinya

Made Supriatma Katanya dalam demokrasi, para warga berhak atas pemerintahan yang mereka pilih. Dan pilihan itu berdasar pada kehendak bebas, hati nurani, atau dalam perspektif ekonomi, kepentingan pr…
Pemilu itu Ada Konsekuesinya

Zohran

Zohran

Made Supriatma

Ada sesuatu yang baik juga muncul di jaman Trump ini. Hari ini, dalam pemilihan pendahuluan, seorang politisi mudah berusia 33 tahun mengalahkan mantan Gubernur New York, Andrew Cuomo. Ia memenangkan tiket partai Demokrat dalam pemilihan walikota NY bulan September nanti. 

Yang lebih menyenang untuk saya, calon partai Demokrat ini adalah Zohran Mamdani. Ia adalah putra seorang professor di Columbia University, Mahmood Mamdani. Prof. Mamdani adalah orang yang sangat terkenal dalam studi tentang genosida. Ia berasal dari Kampala, Uganda. 

Keluarga Mamdani bermigrasi ke Uganda sebelum pindah ke Amerika. Asal usul mereka ada di Gujarat, India. Mereka adalah keluarga Muslim. Kalau tidak ada aral melintang, Zohran akan menjadi walikota Muslim New York pertama. Persis seperti Shadiq Khan, keturunan Pakistan yang menjadi walikota London. 

Zohran berhaluan Kiri habis. Terminologi "kiri" pasti akan menimbulkan silang sengketa karena kaum kiri sendiri mungkin akan menganggapnya kurang kiri, sementara kaum kanan akan menganggapnya ekstrim kiri. 

Namun, Zohran tidak memainkan kartu identitas (kajian tentang politik identitas adalah keahlian ayahnya). Untuk pemilihan pendahuluan merebut tiket partai Demokrat ini ia didukung oleh Brad Lander, yang Yahudi. Di kota yang hampir 2 juta penduduknya adalah Yahudi, dan kebanyakan liberal ini, hampir tidak mungkin menang dalam pemilihan tanpa dukungan blok pemilih ini. 

Zohran menjanjikan banyak hal yang bertujuan membuat NY menjadi kota yang ramah buat kaum pinggrian dan kelas menengah. Terlalu lama kota ini menjadi kota super nyaman untuk orang kaya namun menindas kaum miskin. 

Senang? Tentu saja saya senang. Pluralisme tidak mati. Rasisme paling tidak mendapatkan imbangannya. 

Bagaimana dengan di negeri sendiri? Oh, kita tidak punya rasis atau fasis. Kita sudah cukup senang dengan wapres yang mencetak gol ke gawang yang terbuka lebar -- persis seperti dia dibukakan pintu oleh pamannya lewat MK 😛 

Semasa masih ada tentara dan polisi, semuanya akan aman. Eh, bukankah itu pondasi dari fasisme? Sssstttttt ... jangan keras-keras!

Post a Comment